Penelusuran Blog

Sabtu, 27 Januari 2018

Budidaya Jambu Kristal Unggul di Desa Agrowisata Desa Bantarsari

Mengulik Budidaya Si Jambu Tanpa Biji 

Oleh : Annisa Safira Intan Nurcahya 


Gambar 1. Perbedaan jambu kristal dengan jambu merah 
Sumber : Dokumentasi pribadi 

Sudahkah anda mengenal jambu kristal? 

    Jambu biji kristal merupakan salah satu jenis jambu biji yang banyak diminati oleh konsumen Indonesia karena memiliki rasa yang sangat manis dengan kandungan air lebih banyak sehingga teksturnya agak lembut dan renyah apabila dikunyah seperti buah pir, ukurannya tergolong lebih besar dari jambu batu lainnya, dagingnya berwarna putih tebal dan jumlah biji yang sangat sedikit dengan demikian diberi nama sebutan jambu biji kristal. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, lalu menyebar ke negara Asia lainnya, seperti Indonesia. Jambu biji saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah Jawa. Prihatman menjelaskan dalam sebuah jurnal bahwa jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji yang diberi nama Jambu Biji Kristal. Jambu Biji Kristal termasuk spesies Psidium guajava. 

    Desa Bantarsari Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor adalah Desa Jambu Kristal Nasional yang memiliki sektor perkebunan Jambu Kristal terluas, hampir di setiap kampung di daerah ini terdapat perkebunan jambu kristal. Berdasarkan hasil wawancara petani di daerah Bantasari, cara yang tepat untuk budidaya Jambu Kristal, yaitu dengan beberapa tahap, yaitu tahap penanaman, tahap pemeliharaan dan tahap panen. 

Gambar 2. Salah satu perkebunan jambu kristal di Desa Bantarsari 
Sumber : Dokumentasi pribadi 

Pertama, tahap penanaman dengan cara mencangkok tanaman jambu Kristal sampai muncul akar biasanya sekitar 1 bulan lamanya. Hasil cangkok dipindahkan kedalam polybag sampai muncul daun pada batang. Lalu dipindahkan ke dalam tanah hasil galian sedalam 60 cm atau ½ m dan diberi pupuk kandang, yaitu pupuk kambing. 

Kedua, pada tahap pemeliharaan tanaman jambu Kristal dilakukan penyemprotan sebanyak 2 kali dalam 1 minggu, yaitu penyemprotan hormon giberelin dan penyemprotan hama. Membersihkan gulma di sekitar tanaman juga perlu agar nutrisi tanaman jambu Kristal terjaga dengan baik. Dilakukan pemotongan pada setiap pucuk tanaman jambu Kristal agar muncul cabang-cabang baru. Dan apabila telah tumbuh buah, dilakukan pembungkusan dengan menggunakan koran dan plastik transparan yang berguna untuk melindungi jambu dari gangguan hama. 

Ketiga, tahap panen biasanya dilakukan dalam 1 minggu sekali, tetapi dapat lebih cepat panen apabila dalam musim hujan, yaitu dalam waktu 3 hari. Cara memanen dengan menggunakan gunting untuk membuka pembungkus buah dan dipotong bersama dahan dan daunnya agar jambu tetap segar. Buah jambu Kristal yang dapat dipanen memiliki kriteria, diantaranya buah berukuran besar, berwarna hijau muda atau kekuningan dan tidak busuk atau termakan oleh hama. 


Gambar 3. Proses pemeliharaan jambu kristal
 Sumber : Dokumentasi pribadi 

      Kualitas tanah dan sumber air yang dekat dengan perkebunan yang menjadi faktor unggulnya jambu Kristal di daerah yang akan dijadikan daerah agrowisata jambu Kristal ini. Menurut bapak Rafi sang petani Jambu Kristal mengatakan “Keistimewaan jambu Kristal di daerah Bantarsari, yaitu terkenal dengan ukuran jambunya yang lebih besar dengan jumlah biji yang sangat sedikit dan rasanya lebih manis dibandingkan jambu dari perkebunan daerah lain. Mungkin hal yang menjadi salah satu alasan daerah ini dinobatkan sebagai Desa Jambu Kristal Nasional”. Penanaman secara cangkok pun berpengaruh terhadap rasa yang menghasilkan rasa yang lebih manis dan lebih banyak ditumbuhi buah.

Gajah Hewan Raksasa yang Cerdas

  GAJAH SUMATERA MAMALIA CERDAS TERBESAR DI INDONESIA!
Artikel Oleh : Annisa Safira Intan Nurcahya

Gajah Sumatera merupakan subspesies dari gajah Asia yang berhabitat di pulau Sumatera. Kini, gajah adalah jenis hewan yang paling besar yang hidup di alam. Gajah Sumatera bahkan menjadi mamalia dengan ukuran tubuh terbesar di Nusantara. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Ciri khas fisik gajah adalah telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air dengan cara memegang atau menggenggam bagian ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup benda atau makanan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_sumatera (Diakses pada : 30 Mei 2017 pukul 17.15)
  MORFOLOGI GAJAH 



Berat gajah Sumatera sekitar 3-6 ton dengan tinggi 2-4 meter. Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Memiliki kulit berwarna abu kecoklatan dengan rambut berwarna coklat yang tidak lebat dan tidak tersebar secara menyeluruh di tubuhnya, cenderung terdapat  pada bagian kepala dan  ekor. Kulit gajah Sumatera terlihat lebih terang dibanding gajah Asia lain.  Pada bagian atas kepala Gajah Sumatera memiliki dua tonjolan, hal ini yang membedakan dengan kepala gajah Afrika yang cenderung datar. Memiliki daun telinga yang lebar dan terdapat corak putih kemerahan membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh. Yang membedakan daun telinga gajah Sumatera dengan gajah Afrika, yaitu gajah Sumatera lebih kecil dan berbentuk segitiga sedangkan gajah Afrika memiliki daun telinga yang besar dan berbentuk kotak. Memiliki mata yang kecil berwarna hitam dan cenderung terlihat seperti sedang dalam keadaan menutup. Dibagian antara belalai dan mulut terdapat gading yang berwarna putih kekuningan, gajah jantan yang memiliki gading yang panjang sedangkan pada betina, gadingnya pendek dan hampir tidak terlihat, perbedaannya dengan gajah Afrika, yaitu jantan dan betina sama-sama punya gading. Memiliki belalai yang memiliki fungsi yang sama dengan hidung, selain itu digunakan untuk minum dengan memasukan air kedalam belalai lalu dimasukan ke mulut dan juga digunakan untuk meraup seperti jari. Gajah Sumatera memiliki 5 kuku di kaki bagian depan dan 4 kuku di kaki belakang. Dan memiliki ekor yang panjangnya hingga setengah dari kakinya dengan rambut pada bagian ujungnya, 

  APA MAKANAN HEWAN RAKSASA?
Hewan raksasa ini membutuhkan sehari memerlukan asupan makanan hingga 230 kg atau setara dengan 5-10% dari bobot tubuhnya. Sedangkan untuk minum dibutuhkan 160 liter air setiap hari dengan menghisapnya melalui belalai. Gajah Sumatera termasuk hewan herbivora karena memakan rumput-rumputan, daun, ranting, umbi-umbian dan kadang buah-buahan. Setidaknya terdapat 69 spesies tumbuhan yang bisa dijadikan pakan gajah. Tumbuhan tersebut terdiri dari 29 kelompok rumput-rumputan dan 40 kelompok tanaman non rumput. Gajah Sumatera diketahui lebih menyukai rumput-rumputan. 
Gajah Sumatera memilih untuk makan saat hujan atau setelah hujan reda agar dapat memenuhi kebutuhan garam mineral dalam tubuhnya seperti kalsium, magnesium, dan kalium. Cara cerdas lainnya yang mereka lakukan adalah dengan menggemburkan tanah tebing atau memakan gumpalan tanah yang mengandung garam. Efesiensi sistem pencernaan gajah sangat buruk. Hewan ini bisa membuang fesesnya setiap satu jam sekali. 


  DIMANA HABITAT MAMALIA CERDAS?

Mobilitasnya yang cukup tinggi mengakibatkan gajah Sumatera dapat hidup dalam tipe habitat yang berbeda-beda, diantaranya seperti hutan rawa, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah, dan hutan hujan pegunungan rendah. Gajah Sumatera         menyukai hutan yang ditumbuhi pepohonanyang lebat, selain dapat dijadikan tempat berteduh untuk menstabilkan suhu tubuh saat cuaca panas. Hewan ini pun memilih habitat yang memiliki sumber air. Mereka adalah spesies yang sangat bergantung pada ketersediaan air untuk minum dan berkubang. Karena habitat hidupnya terus menyempit. Terhitung 25 tahun terakhir, Pulau Sumatera telah kehilangan 70% luas hutan tropis yang menjadi habitat gajah.

https://jurnalbumi.com/gajah-sumatera/ ( Diakses pada : 30 Mei 2017 pukul 17.30)
  ASAL DAN PENYEBARAN

Hewan terbesar ini merupakan subspesies dari gajah Asia yang berhabitat di pulau Sumatera Indonesia, maka dari itu dinamakan gajah Sumatera.
Populasinya tersebar di 7 propinsi Indonesia meliputi Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung.


  CIRI KHAS GAJAH SUMATERA


Gajah minum air hasil galian tanah
Ciri khas fisik dari gajah adalah belalai yang  panjang, memiliki gading yang biasanya dimiliki oleh jantan dan memiliki telinga yang lebar untuk melindungi gajah dari panas. Uniknya, gajah menggunakan belalainya untuk minum ketika berendam di sungai, namun menggunakan belalai saat minum di daerah rawa dan sungai dangkal. Di musim kemarau gajah sumatera bisa menggali air di dasar sungai yang mengering hingga kedalaman satu meter untuk kebutuhan minumnya. 


  STATUS KONSERVASI



Pada tahun 2011, IUCN menetapkan status konservasi gajah Sumatera ke dalam kategori Critically Endangered (CR). Artinya, satwa ini berada diambang kepunahan. Status CR berada hanya dua tingkat dari status punah di  alam liar dan punah sepenuhnya.
Hukum Republik Indonesia untuk status konservasi gajah sumatera dalam sistem hukum di Indonesia termasuk satwa yang dilindungi oleh UU No.5 tahun 1990 dan PP 7/1999. Perlindungan diberikan karena ancaman terhadap kelangsungan hidupnya semakin besar. Ancaman terbesar datang karena rusaknya habitat karena berebut dengan lahan perkebunan dan pertanian. Sehingga sering kali terjadi konflik dengan manusia. Ancaman lain karena perburuan untuk diambil gadingnya.
Menurut catatan yang dihimpun dalam Workshop Konservasi Gajah pada tahun 2014 dan beberapa catatan dari FKGI, tercatat 28 gajah terbunuh di tahun 2012, 33 ekor di tahun 2013, 46 ekor di tahun 2014, 40 ekor di tahun 2015 dan 3 ekor pada 2 bulan pertama tahun 2016. Sekian kasus kematian gajah tersebut terkonsentrasi di Aceh, Riau dan Lampung, yang justru merupakan habitat terpenting gajah sumatera. Hal ini menjadikan status konservasi gajah sumatera dinaikkan dari yang tadinya Endangered menjadi Critically Endangered (Kritis).


  REPRODUKSI DAN PERILAKU SAAT BERKEMBANG BIAK
Secara umum gajah jantan akan mengalami musth setelah berumur sekitar 12-15 tahun. Gajah betina bisa melahirkan anak setelah berumur di atas 9-10 tahun.  Periode kehamilan mencapai 22 bulan. Bayi gajah sumatera yang baru lahir memiliki bobot tubuh sekitar 40-80 kg dengan tinggi 75-100 cm. Bayi tersebut akan diasuh oleh induknya hingga berumur 18 bulan. Dalam satu kali kehamilan biasanya terdapat satu bayi, namun dalam beberapa kasus ada juga yang melahirkan hingga dua bayi. Jarak waktu antar kehamilan berkisar 4-4,5 tahun.
Perilaku saat gajah jantan memasuki periode musth akan terjadi perubahan perilaku, nafsu makannya menurun, gerakannya lebih agresif dan suka mengendus-ngendus dengan belalainya. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti sering meneteskan urin, penis sering keluar dan dari dahinya mengeluarkan kelenjar berbau menyengat. Gajah sumatera sangat peka dengan bunyi-bunyian. Untuk melakukan perkawinan dan berkembang biak, gajah memerlukan suasana yang tenang dan nyaman. Suara alat-alat berat dan gergaji mesin sangat menganggu perkembangbiakan gajah.


  SIKLUS HIDUP GAJAH SUMATERA


Hewan cerdas ini memiliki umur rata-rata sampai 70 tahun. Hal tersebut menunjukan  bahwa gajah Sumatera lebih memliki umur yang panjang dibandingkan mamalia lainnya seperti badak, sapi, dan hewan darat bekaki empat lainnya.


  PERILAKU HIDUP


Gajah merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok. Kelompok berperan penting dalam menjaga kelangsungan hidup gajah. Jumlah anggota kelompok sangat bervariasi. Tergantung pada kondisi sumber daya alam dan luas habitat. Gajah Sumatera bisa ditemukan dalam kelompok yang terdiri dari 20-35 ekor, tetapi juga ada kawanan yang hanya 3 ekor saja. Setiap kelompok dipimpin oleh seekor betina. Sedangkan yang jantan berada dalam kelompok untuk periode tertentu saja. Gajah yang tua akan hidup memisahkan diri dari kelompoknya hingga pada akhirnya mati.
Gajah termasuk binatang nokturnal yang aktif di malam hari. Hewan ini hanya membutuhkan waktu tidur selama 4 jam per hari dan terus bergerak selama 16 jam untuk menjelajah dan mencari makanan. Sisanya digunakan untuk berkubang dan bermain. Pergerakan gajah dalam sehari bisa mencapai areal seluas 20 km2. Idealnya kebutuhan luas areal untuk habitat gajah liar minimal 250 km2 berupa hamparan hutan yang tidak terputus.

https://alamendah.org/2014/04/28/gajah-sumatera-sang-raksasa-tiada-daya/ ( Diakses pada : 30 Mei 2017 pukul 21.30)


  SISTEMATIKA GAJAH SUMATERA

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Family : Elephantidae
Genus : Elephas
Spesies : Elephas maximus
Sub spesies : Elephas maximus sumatranus
https://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_sumatera (Diakses pada : 30 Mei 2017 pukul 17.15)

Budidaya Jambu Kristal Unggul di Desa Agrowisata Desa Bantarsari

Mengulik Budidaya Si Jambu Tanpa Biji  Oleh : Annisa Safira Intan Nurcahya  Gambar 1. Perbedaan jambu kristal dengan jambu merah ...