Krisis Pendidikan Berkarakter
Celakalah Generasi Masa Depan
Artikel Oleh : Annisa Safira Intan Nurcahya
Artikel Oleh : Annisa Safira Intan Nurcahya
Bangsa
Indonesia sedang dilanda krisis rasa nasionalisme, toleransi, semangat Bhineka
Tunggal Ika serta nilai-nilai Pancasila, ini terbukti dengan banyaknya
kasus-kasus konflik antara suku/ras, tawuran, amuk masa, narkoba, pornografi,
bullying dan sebagai. Seperti konflik yang terjadi di beberapa daerah di
Indonesia saat ini ada yang belum selesai.
Ada
beberapa hal yang membuat bangsa Indonesia jadi sangat miris. Pertama, musibah
ini terkait langsung dengan generasi muda. Generasi muda adalah orang-orang
yang akan menjadi penerus bangsa, yang akan memegang masa depan bangsa ini.
Yang kedua,
peran generasi muda dalam konteks perjuangan dan pembangunan dalam sejarah
kebangsaan Indonesia sangatlah dominan dan memegang peranan sentral, baik
perjuangan yang dilakukan secara fisik maupun diplomasi, perjuangan melalui
organisasi sosial dan politik serta melalui kegiatan-kegiatan intelektual. Generasi
muda saat ini cenderung melakukan kegiatan yang tidak berfaedah dan hanya demi
kesenangan semata.
Yang ketiga,
kondisi generasi muda sekarang cenderung apatis, tidak banyak berbuat dan hanya
berusaha mempertahankan situasi yang ada tanpa usaha dan kerja keras melakukan
perubahan yang lebih baik dan produktif atau bahkan cenderung tidak kreatif
sama sekali karena para pemuda atau generasi muda yang hidup dalam nuansa
nyaman, aman dan tentram seperti saat ini. Berbeda dengan generasi muda yang
hidup dalam nuansa dan suasana pergolakan kemerdekaan dan perjuangan akan
cenderung memiliki kreativitas tinggi dan keunggulan untuk melakukan perubahan
atas berbagai kerumitan dan masalah yang dihadapi.
Mengapa bisa terjadi?
Hal-hal
tersebut terjadi dikarenakan dampak negatif dari gadget dan medialisasi yang
telah salah dipergunakan oleh generasi muda untuk mengakses hal negatif. Selain
itu, dampak dari bermain game online yang terdapat unsur kekerasan, pornografi,
perjuadian, dan hal negatif lainnya yang ditiru dan dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain itu
minimnya pengetahuan serta penerapan karakter kepada generasi muda sehingga
mereka tidak menyadari bahkan mempedulikan dampak dari setiap perbuatannya yang
menyimpang tersebut. Maka perlunya pendidikan karakter untuk selamatkan masa
depan bangsa.
Pendidikan karakter
menjadi hal yang sangat mendesak saat ini, terlebih dalam era globalisasi,
teknologi, dan medialisasi ini. Perlunya penerapan dan penataan kembali
nilai-nilai karakter pada masyarakat, terutama di sekolah sebagai tempat
menuntut ilmu. Celakalah generasi muda masa depan bangsa ini apabila tidak
memiliki karakter.
Lantas siapa yang yang harus berperan?
Keluarga berpotensi
untuk mengembangkan karakter anak melalui ikatan emosi yang kuat antara orangtua
dan anak. Pola pengasuhan dan prinsip-prinsip pengasuhan orang tua terhadap
anak, seperti prinsip keteladanan diri, kebersamaan merealisasikan nilai-nilai
moral, sikap demokratis dan terbuka, dan kemampuan menghayati kehidupan,
menentukan apresiasi anak terhadap nilai-nilai disiplin diri yang
ditanamkan. Nilai-nilai tersebut berkaitan erat dengan kecerdasan emosi
yang merupakan bagian dari pembentukan karakter anak yang utuh menyeluruh, cakap
dalam menghadapi dunia yang penuh tantangan dan cepat berubah, serta mempunyai
kesadaran emosional dan spiritual, bahwa dirinya adalah bagian dari
keseluruhan.
Peran pemerintah
merupakan komponen yang sangat penting dalam kegiatan pembentukan karakter
bangsa. Sebagai penyelenggara pemerintahan harus ikut dalam pengambil dan pelaksanan
kebijakan yang menentukan berhasilnya pembangunan karakter bangsa. Terkait
dengan menetapkan berbagai peraturan daerah (Perda) untuk memback–up pelasanaan
pendidikan karakter di daerah yang dapat mendukung pelaksanaan pembentukan
karakter bangsa dengan berbagai kebijakan umum yang memperkuat pengembangan
program pendidikan karakter. Oleh karena
itu solusi pemerintah dalam mewujudkan generasi bangsa berkarakter, yaitu memperbaiki
kurikulum yang ada di masing-masing sekolah.
Peran guru
atau pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang
berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Guru merupakan teladan bagi siswa dan
memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Mengingat nilai-nilai
tersebut merupakan makna dari sebuah gagasan yang telah dikenal luas dalam
dunia Pendidikan secara luas dan menjadi semboyan dengan arti penting di tanah
air terutama guru dalam mendidik muridnya.
”Ing Ngarso Sung Tulodo
Ing Madyo Mangun Karso
Tut Wuri Handayani”
Yang artinya ”Di Depan memberi contoh”, guru harus
dapat memberikan teladan dan dapat menjadi panutan dengan. memberikan contoh-contoh yang baik. "Di
Tengah memberi Semangat", guru harus dapat memberikan inspirasi/motivasti
berupa ide ketika berada diantara murid. "Di Belakang memberi
Dorongan", seorang guru harus dapat memberikan dorongan dan juga arahan
kepada peserta didik.
Dalam pendidikan
yang harus disisipkan nilai-nilai berkarakter yang merupakan karakter utama
bangsa ini serta nilai yang bermakna dalam pembelajaran melalui kurikulum. Seperti nilai-nilai religius, karena ilmu yang tidak dibarengi
dengan karakter religius akan sangat berbahaya bagi kelangsungan bangsa ini. Nilai
nasionalisme, sangat diperlukan demi menciptakan masa depan yang senantiasamengedepankan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Mandiri,
dalam berusaha percaya kepada kemampuan diri sendiri untuk menggapai prestasi
dan cita-cita. Gotong royong, dalam membangun dan mencapai tujuan. dan
integritas, karakter integritas akan menyembuhkan salah satu penyakit yang
tumbuh subur hingga sekarang, yaitu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Pada akhirnya, rasanya kita sepakat bahwa
pendidikan karakter telah menjadi kebutuhan dasar untuk menyelamatkan masa
depan bangsa ini. Seperti buah pikiran Ki Hadjar Dewantara lainnya, “Dengan
ilmu kita menuju kemuliaan.” Semoga bangsa ini dapat menuju kemuliaan sejati
dengan pendidikan karakter. Tanpa adanya karakter, celakalah generasi masa
depan bangsa ini. Perubahan itu memang susah, tetapi bukan berarti tidak usah.